Puisi roman sunaryo ssryo

Transportasi darat,membawaku pulang ke kampung halaman.
Kelancaran dan cerah cuaca, mengawali kebahagiaan.

Hijaunya tanaman padi.
Birunya gunung menjulang.
Lambatnya laju gerobag sapi.
Di antara yang kurindukan.

Semua telah menjadi kenyataan.
Hijaunya tanaman padi,dihiasi bunganya yang telang menguning.
Terhampar di hadapan.
Semua terletak di kaki gunung yang menjulang.

Beberapa gerobag sapi datang.
Kiraku membawa hasil pertanian.
Ternyata membawa para model,yang sudah berdandan.
Model-model Amerika mau berpose di bedengan.

Wow! Gadis-gadis cantik,dengan hijau bajunya yang mewah,
Meniti bedengan.
Menambah indahnya kampung halaman.

Apa yang Mereka cari gerangan?
Gadis ramping,manis, cantik berdandan.
Satu persatu meniti bedengan.

Kenapa juga aku punya kampung halaman,
Yang menjadi pilihan?
Bahasa Inggriskupun,menjadi bekal untuk berkenalan.
Semua kan menjadi kenangan.
Wow! Para model di kampung halaman.

Saat ku hadir di rumahmu,
dan ditemui ibumu.
Kudengar suaramu bernyanyi,
di kamar mandi.

Suaramu yang merdu,
mengingatkanku akan kecantikanmu.
Namun syair lagu yang Kau nyanyikan,
mengingatkan indahnya hubunganku denganmu.
Suaramu di kamar mandi masih saja terdengar:
"Kutahu kesabaranmu telah teruji.
Tak seberapa kalau hanya menunggu mandi.
Habis mandi ku mesti lebih cantik lagi.
Dan hanya untukmu yang sabar menunggu"

Di depan calon Ibu mertua,
Kuberdiri dan bernyanyi,
membalas nyanyian di kamar mandi.

"Kutahu semua itu kasih.
Hidupmu memang hanya untukku.
Dan hidupkupun juga hanya untukmu.
Kuberharap Kita segera bersatu"

Sekilas Kau berkelebat.
Kala ku hening sesaat
Wajahmu terbayang
Manakala ku duduk tenang.

Ku terasa rindu padamu.
Saat ku menunggu tidurku.
Hanya mimpi menghiburku
Karna ku bertemu denganmu.

Laut indah.
Dengan birunya yang juga indah;
Dihiasi kapal-kapal wisata,
Nan semuanya berwarna megah.
Dengan penumpangnya  semua bahagia.

Beberapa pasang remaja di kapal itu,
Memadu cinta.
Ada yang bergandengan tangan mesra.
Ada yang memeluk tubuh masing-masing, erat.
Bercerita....
Mengandai-andai.
Menciptakan tawa.

Yang pasangan bapak ibu
Tak kalah mesra.
Seolah ngajari anak Mereka,
Yang diajak bersama do'inya.
Menyusuri lautan.

Kuburkan semua mimpi burukmu
Bersama pengalaman-pengalaman pahitmu
Ke dalam tanah tandus,
sedalam-dalamnya.
Biar tak bangkit,
Dan tak muncul kembali

Namun ayo gali kreasimu
Dan padukan bersama kreasiku,
Untuk wujudkan
Mimpi-mimpi indah Kita.

Bukit rindu telah memuncak.
Dikau yang kutyunggu tak mau mengerti
Jumlah hari ada tujuh.
Mestikah hari kedelapan yang kutunggu?

Kalau saja Kau tak mau menerimaku
Katakan saja kepadaku.
Jangan Kau hanya memberi harapan.
Harapan palsu yang tak tahu datang kapan.

Apapun yang Kau katakan.
Aku siap mendengarkan.
Namun jangan hati ini Kau hancurkan.
Hanya kalimat indah nan halus yang kuharapkan.

Tak biasanya Kau tampakan,
wajah seperti itu.
Wajah resah dan gelisah
Maju mundur, kanan kiri,semua arah.
Membuat burung-burung enggan berkicau.

Semakin resah dan gelisah.
Burungpun semakin diam.
Tak bergerak, mungkin tidur.
Tak kuasa melihat tuannya bingung.

Rona mata bulat.
Bergelimangan air mata.
Dan menetes di lantai.

Andai bisa menjawab,
Kukan bertanya kepada tetes air mata.
Kenapa tuanmu?
Tak biasanya menampakan,
wajah resah dan gelisah.

Aku hanya ingin merubah,
resah dan gelisah, menjadi riang.
Agar-agar burung-burung,
Mau kembali berkicau.
Seperti biasanya, riang menyenangkan

.

Maafkan Aku,
Kalau saat Kau datang pertama kali
Aku kurang memperhatikanmu.
Itu semua hanya karna situasi

Namun dikala Kau datang kedua kalinya
Kurasakan Kau begitu mempesona
Kurasakan Kau begitu anggun
Dan kurasakan kita ada getaran hati.

Kuingat Kau tuliskan syair-syair lagu
Lagu yang Kita senangi bersama
Namun ada juga lagu yang tidak Kau senangi
Kita menyenyikan lagu itu
Kita membahas lagu itu.

Kini setelah Kau pergi
Kurasakan arti tulisanmu
Kau tinggalkan kenangan,
Kenangan indah
Dan kupandangi tulisan itu,
Manakala Aku merindukanmu.

Angin tiada henti mengalunkan desahnya
Bertiup menerpa bangunan nan menjulang.
Tak terhindar pohon-pohonpun diterjang.
Melalui padang luas terbuka,
Atau sela sempit berupa jalan gang

Di sana membawa berita duka atau yang lain.
Di sini membawa berita suka
Kau yang sudah tak pantas sendiri,
Kau yang sudah lama menanti,
Kini datang Arjuna mencari bidadari.
Pinangan untukmu kan terjadi esuk hari

Sendiri.
Selalu sendiri.
Seolah tak ada cinta di hatimu.

Pertimbangan begitu banyak,
Tuk dapatkan wanita
Seolah tak ada wanita baik di dunia.

Kau begitu lihai mencari kekurangan.
Kau begitu cermat mendapatkan cacad wanita.
Kau tak ingat.
Tiada wanita sempurna di dunia ini.
Kau juga tak ingat, siapa dirimu.
Namun Kau juga tak ingat
Usia telah menggerogoti dirimu.

Bujang lapuk.
Kiranya cintamu telah layu ditelan kesepian.
Atau mengering terbakar matahari.
Ataukah telah tiada termakan usia.

Just for a name.
My longing is never die
A long the day and night

I've told You about it.
You feel it too.

I write Your name in my heart
You write my name in Your heart too.

We love each other.
We always longing each other.

Orkestra tak pernah surut
Kokohnya karang diterpa laut.
Siang, malam atau larut.
Panas dingin, hujan lebat.

Orkestra tak penah surut.
Gedebyur ombak membentur karang.
Tiada henti,
Tiada tanya lelah, tidak.

Orkestra tak pernah surut.
Tiada lelah burung camar terbang
Mengamati siapa kalah, siapa menang.
Namun kapan kau menentukan.

Kala cintamu berlumur bimbang
Cintakupun tetap terbalut ragu
Kala bimbang tlah tak ada
Pelahan balutan ragupun kan terbuka

Kutahu kalau Kau cinta Aku.
Karna angin semilir,
telah bercerita itu padaku.
Kutahu  kalau Kau mendambakanku.
Karna burung-burung
telah membisiku.


Datang dan ungkapkan cintamu padaku,
tanpa bimbang dan ragu.
Kukan terima cintamu
Sepenuh hati.

Cinta ini memang misteri
Begitu kukejar Dia lari.
Saat Aku diamkan Dia hilang.

Tapi ada juga.
Dia kubiarkan malah menggoda.

Yang paling menyakitkan,
Aku mencintai seseorang.
Dia kukejar, dan kunanti jawabnya.
Ternyata jawabannya tidak mencinta
????????????????                                                               
                                                                                                                                
                                                                                   

                                                                                                       

Sinar bulan purnama
Di padang rumput Gelora Nusantara
Sinar tak terhalang
Untuk siapa yang akan memandang

Daun kering pinggir rerumputan
Yang tadi siang jatuh.
Semua telah bersih
Seakan terangkat kuatnya sinar rembulan.
Entah kemana.

Berpasang insan jalan pelahan
Bergandeng tangan atau rangkulan
Yang duduk di taman banyak diam.
Atau sedang menyusun kencan.

Saat hati berlumur rindu.
Mengikuti tubuh, rebah di kasur biru.
Menatap langit-langit putih.
Menanti hadir bayang-bayang kekasih.

Ku hanya tertidur lelap.
Di malam yang dingin dan gelap.
Dalam mimpiku,Kau hadir dan mendekap.
Untuk melepas rindumu kepadaku.

Lumuran rindu meleleh dan menetes.
Aku terbangun.
Kaupun buru-buru lenyap.

Cintaku kepada Britney Spear, begitu jauh.
Dan tak kan mungkin kudapatkan.

Langit biru nan indah,
Juga begitu jauh,
Sulit untuk diraih.

Sorga yang menyimpan
Segala keindahan dan kenikmatan,
Tempatnya nun jauh disana.
Namun itu sangat kuharapkan.

Masa lalu.
Ya. Itulah yang paling jauh.
Dan tak kan mungkin kudapatkan.

John! Coba katakan,
Satu kali lagi John!
Apa yang Kau katakan barusan.
John! Apa bener Kau mencintai Aku?

Hanya diam dan mengangguk.

Kalimat dan suara
Yang telah lama kutunggu,
kini terdengar tanpa perantara.
Nyaring dan begitu indah.

Dan terbuka pelahan pintu hati ini
Hingga tersimpan,
apa katamu barusan.
Kini  terungkap dari hatiku
Yang telah lama tersimpan
" Ya. Aku juga cinta Kamu."

Resah, terasa hati ini.
Setiap kali Aku bertemu dirimu.
Karena kutak mampu mengungkap
isi hati ini.

Kutahu,kaupun tahu apa yang Kumau.
Namun Kau tak kuasa bertanya.
Akupun tak mampu mengungkap.
Bisu. Sepi dan hening.

Bunga!
Aku memberanikan diri bertanya.
Apa Kau tahu apa isi hatiku ini?
Diam.
Hanya menggeleng.
"Bunga! Aku mencintai Kamu".

Melati!
Kukatakan kepadamu apa adanya.
Karena memang begitulah adanya.
Keinginan hati ini, masih tersimpan
Dalam hatiku yang terdalam.
Aku belum mampu membukanya.

Kucari dan kucari.
Anak kunci pembuka pintu hati.
Hingga kudapatkan
Anak kunci berupa puisi.
Pintupun terbuka.                                                                                                        

Kini kukatakan kepadamu apa adanya.
Kalau Aku ingin bertemu Kamu.
Aku akan mengatakan kepadamu
Kalau " Aku mencintai Kamu "

Melati!
Dengarkanlah kata hatiku ini.
Resapilah dan simpanlah,
dalam hatimu.
Hingga Engkaupun akan berkata :
" Ya. Aku juga cinta Kamu."

Kupersilakan dirimu,
Untuk mengambil air sumur segayung.
Jangan untuk berkumur,
atau untuk membasuh muka.

Biarkan air menjadi tenang.
Bercerminlah dirimu pada air segayung.

Kau pandang matamu,
kan menunjukan kejujuran hatimu.
Kau pandang bibirmu,
kan mengingatkan bicaramu yang lalu.
Serta Kau pandang telingamu,
mesti Kau ingat yang Kau dengan dulu.

Bercerminlah dirimu!
Walau pada air segayung.

Kutitipkan rindu pada malam.
Manakala telah membusung di dalam,
Manakala telah berkecamuk di hati,
Namun dirimu tiada mengerti.

Telah kubuka pintu rumah bagian depan.
Kulangkahkan kaki ke halaman.
Hanya ada malam kelam,
Tiada dirimu,
Sekalipun hanya bayang-bayang.

Kutitipkan rindu pada malam.
Dengan hati penuh harapan.
Kau bawakan rindu yang malang.
Sampaikan kepada Dia yang paling kusayang.

Jika telah rebah tubuh ini,
Dengan seonggok lelah di pundak.
Lalu apa yang dapat diperbuat.

Mengingat:
Pukul 05.00. Aku bangun pagi.
Pukul 07.00 Ku berangkat kerja.
Bertemu banyak orang, laki-laki dan perempuan.

Satu dari perempuan-perempuan,
Muncul dan tersenyum
Di balik langit-langit, di cat rapi dan bersih.
Menambah cantik, yang memang sudah cantik.

Akupun terlelap.
Sesaat kemudian,
Kurasakan angin pantai semilir.
Menerpa raut wajah dan mengurai rambut.
Saat ku sedang jalan berdua.

Tak berbeda.
Angin semilir juga menerpa wajah cantik,
dan mengurai rambut panjang nan hitam.
Seorang gadis di sampingku.

Pelahan kutata dan kubelai
Rambut panjang yang dibiarkan terurai
Namun menutup dahinya.

Tak canggung membalasnya.
Rambut hitam lurusku,
Yang baru dikeramas kemarin sore.
Pun dibelai tangan mulus.
Gadis semampai banyak pujian.

Indah, memang indah.
Semilir angin pantai
Berpadu gemericik ombak mengalun.
Dihiasi dua tangan bergandengan tangan
Dilengkapi cerita-cerita cinta menggelora.

Tiada pantai seindah kutemukan.
Tiada mimpi seindah kurasakan
Masih bisakah kembali kurasakan?
Walau dalam kembali mimpi.